Senin, 24 September 2012

Nasi Sudah Menjadi Bubur

Terusik dari tulisan teman yang bunyinya "If in the beginning, you're wrong, it will be always wrong till the end". Mengapa ketika awalnya salah, harus selalu salah sampai akhir? bagaimana menurut anda? apakah ada seseorang yang akan terus merelakan dirinya berbuat kesalahan?. Saya kira tidak.


Mungkin beberapa dari kita akan langsung berfikir pada sebuah kebohongan, ada yang bilang sekali berbohong akan terjadi kebohongan-kebohongan lainnya untuk menutupi kebohongan tersebut. Hal ini benar, namun untuk konteks satu masalah tersebut. Untuk masalah yang lain, tentunya seseorang akan belajar untuk memperbaiki kesalahannya dan tak mengulangi kebohongannya.

Atau dengan contoh yang lain, contoh yang sudah sangat klasik. Misalkan kita ingin memasak nasi, namun kita terlalu banyak menambahkan air kedalam berasa yang akan dimasak, dan akhirnya berasa tersebut akan menjadi bubur. Hal ini merupakan sebuah kesalahan, tapi bubur (product kesalahan tersebut) bukan akhir dari segalanya. Kita dituntut bagaimana menjadikan bubur tersebut enak dan nikmat untuk dikonsumsi, bukan untuk disia-siakan dan dibuang. Bagaimana menjadikannya lezat dan berbeda dari bubur lainnya.

Ya, karena apa-apa yang terjadi sudah diRidhai oleh Allah, apa-apa yang terjadi sudah memiliki tujuan, hikmah dan akibar dari kejadian tersebut, bbegitu juga dengan kesalahan. Kesalahan yang dilakukan , bukan hanya untuk kita sesali, tapi untuk kita pelajari, untuk kita berfikir bagaimana memperbaikinya, bagaimana kita tidak mengulanginya lagi. Begitu juga untuk orang disekitar kita, mungkin dengan kesalahan kita mereka belajar, terbentuk pola-pola pikiran yang nantinya akan mengantarkan mereka pada suatu kebaikan, dan lain-lain. Mungkin saja dengan kita melakukan kesalahan ibrahnya bukan hanya untuk diri kita tapi juga untuk orang-orang disekitar kita.
Think smart.. jangan pernah memandang suatu kesalahan sebagai kata "Salah" dengan mutlak. Allahualam bisawab.

Minggu, 09 September 2012

Benang Kehidupan

Mungkin pernah kita bertanya pada diri kita, mengapa kita harus hidup di tempatkan di tempat kita berada sekarang? atau Mengapa kita harus mengalami nasib dan perjalanan hidup kita sekarang? atau Mengapa hidup kita didesain seperti ini?

Kadang kala kita sulit bersyukur dan ikhlas dengan apa yang telah digariskan di hidup kita, dan hanya orang yang beruntunglah yang dapat bersyukur disaat kesulitan itu hadir.

Coba kita ingat-ingat berapa pertanyaan tenteng hidup yang mengganjal di otak kita? mungkin ada yang mengaku, satu, dua tiga, atau bahkan banyak.
Tapi apakah kita tidak tahu bahwa setiap bagian kecil kehidupan ini sudah ada yang mengatur, sudah ada yang merancang kehidupan ini dengan teliti. Yuph, Allah telah merancangnya dengan baik, tanpa kita tahu itu baik untuk kita.
Kalian tahu tanaman belukar di tengah belantara hutan, semut di dalam lubang tanah paling dalam, dan mikroba yang hidup di sudut ruang paling tersembunyi pun kehidupannya sudah ada yang merancang. Apalagi manusia, manusia yang Allah jadikan sebagai khalifah dimuka bumi ini.


Dalam hidup ini ada yang namanya benang kehidupan. Di dalam kehidupan tidak ada yang sia-sia, bahkan hal kecil, entah kebaikan atau kejahatan kecil kita itu berpengaruh pada kehidupan orang lain tanpa kita sadari. Kehidupan kita akan berpengaruh pada kehidupan orang lain. kehidupan orang lain akan berpengaruh pada kehidupan orang lainnya, dan begitu seterusnya. Sehingga pada beberapa tingkatan akan kembali ke kehidupan kita.

Maka jangan pernah menyesali kita pernah menjalani hal-hal yang kita tidak sukai di tempat yang mungkin kita tidak sukai pula. Karena mungkin ini adalah suatu sebab untuk merubah kehidupan seseorang atau bahkan kehidupan kita kedepannya. Jangan pernah disesali atau pula jangan pernah di pertanyakan, namun disyukuri.

Tahukah kalian bahwa ada seorang tua yang hidup digurun, ia menyesali hidupnya yang hanya sendirian di gurun, hingga akhirnya ia meninggal di dekat oasis gurun tersebut. Setelah beliau meninggal ada rombongan yang lewat tepat di oasis dimana seorang tua tersebut meninggal. Namun dari romongan tersebut hanya satu yang mau menolong dan menguburkanorang tua tersebut. Setelah melanjutkan perjalanan, ternyata hanya satu rombongan tersebutlah yang selamat karena menolong seorang tua tersebut, sedangkan yang lain telah tewas dalam perang badui.
Dan tahukah, ternyata lima generasi kemudian dari seseorang yang baik hati tersebut akan lahir seorang Nabi terakhir, seorang pemuda yang di beri gelar Al-Amin.
Bagaimana jadinya apabila seseorang dari rombobgan tadi tidak ingin membantu menguburkan bapak tua tersebut, apa jadinya apabila seorang tua tersebut tidak pernah hidup dan meninggal di gurub itu? Allahualam..

Ketika kau merasa hidupmu menyakitkan dan merasa muak dengan semua penderitaan, maka itu saatnya kau harus melihat ke atas, pasti ada kabar baik untukmu, janji-janji, masa depan. Dan sebaliknya, ketika kau merasa hidupmu menyenangkan dan selalu merasa kurang dengan semua kesenangan, maka itulah saatnya kau harus melihat ke bawah, pasti ada yang lebih tidak beruntung darimu. Hanya sesederhana itu. Dengan begitu, kau akan selalu pandai bersyukur.”

Dan….

“Begitulah kehidupan. Ada yang kita tahu, ada pula yang kita tidak tahu. Yakinlah, dengan ketidaktahuan itu bukan berarti Tuhan berbuat jahat kepada kita. Mungkin Tuhan sengaja melindungi kita dari tahu itu sendiri.” - Rembulan tenggelam di wajahmu-

Pejuang atau Pecundang?

Hidup adalah pilihah. satu buah kalimat yang ternyata memang benar, semua aspek kehidupan adalah pilihan. Maka pilihlah jalan hidupmu, lakukan, jalankan dan jangan pernah menengok kebelakang, menengoklah sesekali hanya sebagai pembelajaran.

Lalu hidup seperti apa yang kamu pilih? seorang pejuangkah atau seorang pecundang?
Saat ini yang saya mengerti seorang pejuang adalah seseorang yang berjuang untuk suatu hasil yang ingin dia raih, untuk suatu alasan yang baik ia berjuang. Namun seorang pejuang tak akan pernah ujub, haus pujian dan membanggakan hasil yang ia dapat, dan ia akan merasakan suatu energi ketika orang-orang disekitarnya tersenyum merasakan manfaat dari apa yang ia kaerjakan.
Dan seorang pecundang adalah orang yang hanya ingin keuntungan untuk dirinya sendiri. Merasa paling besar, mencari jalan pintas demi tujuan yang ia tuju, setelah itu berbangga diri haus akan pujian dan pengakuan atas hasilnya.

Lalu dimana pejuang sekarang?
Hidup disia-siakan, Mati di sayangkan. sebuah kalimat yang sepertinya tepat untuk para pejuang-pejuang yang pernah ada dari dahulu hingga sekarang. Laku kita hanya dapat berdiam diri tanpa gerakan, hanya sebuah bongkahan hati nurani yang terus berteriak tapi tetap terbungkam.


Jika kau merasa besar, coba periksakan hatimu, mungkin ia sedang mengalami kebengkakan.
Jika kau merasa suci, periksa jiwamu yang berwarna putih, mungkin warna putih itu berasal dari nanah, nanah dari sebuah luka nurani.
Jika kau merasa benar, lihat hatimu segelap apakah dia? hingga kau tak bisa melihat bayangan dari cahaya berbeda, mungkin dia butuh penerangan
Jika kau merasa berjasa, lihat jiwamu sudah sekeras apakah saat ini, sehingga tak lagi dapat terketuk.

Seharusnya kita dapat terus merenungi tujuan-tujuan kita. Karena disayangkan jika tujuan kita hanya sebuah pengakuan, karena kita tidak akan mendapatkan apa-apa setelah itu.
Semangat untuk terus perbaiki diri.. :)