Beberapa saat yang lalu saya membaca
sebuah tulisan di blog pribadi saudari kita yang kebetulan menjadi salah satu
korban kecelakan di purwokerto.
Tulisan tersebut menceritakan apa
yang ia rasakan ketika memperlakukan
cadaver (mayat yang dijadikan bahan praktikum bagi mahasiswa kedokteran). Ya,
siapapun kita sekarang tentunya kita berharap suatu saat ketika ruh ini
meninggalkan jasad, jasad kita diperlakukan dengan layak, dimandikan,
dikafankan, dishalatkan, dan dikuburkan.
Tak akan ada dari kita yang ingin
jasad ini tak terurus. Tak ada dari kita yang mengharapkan jasad ini menjadi
bahan praktikum. Tak ada dari kita yang menginginkan jasad ini menjadi bahan
percobaan, dengan sayatan pada tubuh kita untuk meniliti organ dalam kita,
dengan pemisahan kulit ini dari jaringan otot kita untuk meniliti jaringan otot
kita dan lain sebagainya. Tak akan pernah ada.
Tidak akan ada yang tahu kapan ia
menjemput kita? Kapan ia datang? Bagaimana cara ia menjemput kita? Bagaimana keadaan kita saat kita di jemput?
Bagaimana nasib kita setelahnya?
Lalu aku bertanya pada diriku
sendiri, dalam keadaan apa diri ini ketika Allah mengutus malaikat maut untuk
menjemputku? dalam keadaan apa ketika diri ini meregang nyawa? bagaimana
ekspresi wajah ini ketika malaikat maut ada dihadapan kita? tersenyumkah? atau
takut akan apa yang Allah tampakkan sebelumnya?
Ya, Allah..
Panggil dan Jemput kami dalam
keadaan khusnul khatimah.
Seandainya ajal ini semakin dekat,
semakin datang. Seandainya umur ini tak panjang lagi. Seandainya kesempatanku
semakin sempit.
Izinkan kami memperbaiki diri ini
untuk menghadapMu. Izinkan diri ini untuk merasakan nikmat islam dan iman,
nikmat bersujud padaMu yang selama ini belum sepenuhnya kami rasakan dalam hati
kami yang kecil ini. Berikan kami ketakwaan yang penuh padaMu, layaknya Nabi
Ibrahim yang rela mengorbankan anaknya, layaknya Nabi Ismail yang rela
dikorbankan ayahnya demi perintahMu.
Izinkan kami untuk berbakti pada
kedua orang tua kami, membahagiakan mereka, melihat mereka tersenyum bangga,
mendoakan mereka di sisa hidupku.
Izinkan kami untuk bersama-sama
menuju jalanMu bersama saudara-saudara seiman kami.
Jadikan semua tetes air mata, semua
rasa sakit yang kami rasakan pada saat di dunia ini menjadi penggugur dosa kami,
menjadi satu jalan untuk menuju pengampunanMu ya Rabb.
Ya Allah..
Permudah kami ketika Engkau
menjemput kami.
Sunggingkan senyum diwajah kami
ketika malaikat maut berada dihadapan kami.
Permudah lisan ini untuk mengucapkan
asmamu ketika nyawa kami hendak meninggalkan tubuh ini.
dan tolong jadikanlah diri ini
selalu dalam keadaan siap untuk Engkau jemput ya Allah, karena hal yang paling
dekat dengan kami adalah kematian.