Kamis, 18 April 2013

Distorsi



Mengapa kali ini saya mengambil judul distorsi? mungkin karena banyaknya fenomena distorsi disekitar saya.
Dalam ilmu yang saya pelajari yaitu pemetaan khususnya Proyeksi peta, ada istilah yang sering digunakan yaitu distorsi. Distorsi adalah kesalahan yang terjadi akibat dari bumi yang lengkung dan tidak teratur harus digambarkan atau diproyeksikan pada bidang datar (pada bidang yang dapat kita lihat sehari-hari).
Teorinya seharusnya kita dapat mempresentasikan bumi di bidang datar dengan mudah, seperti kulit bumi yang tinggal dibentangkan saja. Tapi pada kenyataannya bumi itu bulat. Ketika kulit bumi itu dibentangkan seperti kulit jeruk yang kita kupas dan kita bentangkan, pasti tidak akan berbentuk segi empat ataupun persegi panjang. Tapi pasti bagian bagian yang terobek, atau bahkan ada yang terpotong kecil-kecil. Inilah yang disebut Distorsi.
Distorsi inilah yang terjadi ketika objek di permukaan bumi harus di petakan atau diproyeksikan terhadap bidang datar. Bentuk yang ada di bidang datar itu sesungguhnya tidak pernah secara sempurna mewakili obyek yang ada di permukaan bumi. Yang dapat dilakukan adalah meminimalkan kesalahan atau distorsi itu bukan menghilangkannya sama sekali. Dengan apa? Kami menyebutnya proyeksi peta. Proyeksi peta pada dasarnya adalah cara memindahkan obyek yang tadinya di permukaan lengkung sehingga tergambar di permukaan datar.
 Dan tentu saja seperti contoh  diatas, kelihatannya akan mudah untuk menggambarkan permukaan bumi diatas peta?.
Begitu juga dengan manusia, manusia akan menyangka akan begitu mudah mempraktikkan sesuatu hal apabila hanya ada di benaknya saja. Tapi akan sulit apabila ia melakukannya sendiri pada kesehariannya, dimana kita bisa melihatnya dan menilainya. Banyak teori yang sering kita adopsi, tentang apapun, misalnya tentang bagaimana dia harusnya bersikap, bagaimana ia harus menyelesaikan dari masalah, bagaimana ia harus keluar dari kegalauan, Atau berteori tentang kesalahan-kesalahan orang lain,  tentang kritikan kritikan pada orang lain, tentang bagaimana opini opininya dalam berbagai masalah yag timbul disekitarnya dan lain sebagainya.
Tapi bagaimana dengan proyeksinya pada kehidupan kita? Tidak jarang kita yang mengadopsi teori-teori yang ada akan menjilat teorinya sendiri. Tidak jarang juga teori tersebut tidak dijalankan sama sekali untuk memproyeksikan dirinya didunia nyata. bahkan, tidak jarang teorinya sendiri akan dibantahnya juga sendiri. Ironis memang, tapi sebagaimana teori distorsi, dalam proyeksi tidak akan pernah ditemukan hasil proyeksi yang seratus persen benar. Tapi tugas kita adalah bukan bagaimana kita menghilangkan distorsi yang terjadi tersebut tapi bagaimana kita menjadikan distorsi kita menjadi lebih minimal.

Pentingkah Pendidikan?



 Merasa berdosakah ketika kita meninggalkan shalat? Merasa berdosakah ketika kita meninggalkan puasa? Jika jawabannya “Ya”, maka seharusnya kita merasa berdosa ketika kita tidak dapat memanfaatkan waktu untuk mencari ilmu. Ilmu dan pendidikan bukan hanya didapatkan dari bangku pendidikan formal. Banyak jalan menuju ilmu itu sendiri, seperti pengalaman, cerita orang lain, sebuah majelis, dan sebagainya.
Tetapi hanya ilmu yang bermanfaat yang dapat mengantarkan pemiliknya dalam keberkahan. Ilmu yang bermanfaat bukan hanya ilmu yang diajarkan di pendidikan formal, bukan hanya yang dapat mengantarkan kita pada penghidupan yang layak saja, seperti yang banyak dipikirkan orang kebanyakan saat ini. Tapi ilmu yang dapat kita bagikan, ilmu yang dapat kita terapkan, ilmu yang berguna bagi orang-orang disekitar kita dan ilmu itu dapat berupa apa saja.


Sebagai contoh, ada seseorang yang ingin merubah sifatnya yang pemarah dan tak bisa menahan emosi, bagaimana cara merubahnya?. Tentu saja dengan mencari ilmu. Karena ilmu akan merubah karakter, kebiasaan dan pola pikir dari sang pencari ilmu. Tadinya orang tersebut mudah marah, tapi setelah mencari ilmu, ia tahu bahwa ketika sedang marah ada bisikan syaithan didalamnya, dan ternyata marah itu juga mengganggu metabolisme tubuh sehingga orang yang pemarah akan lebih mudah terserang penyakit darah tinggi dan jantung. Dengan pola pikir yang baru, ia akan dapat berubah.
Contoh lain, bagaimana kita bisa dengan ikhlas dan menanamkan pada diri ini bahwa ibadah adalah kebutuhan?. Tentunya dengan ilmu, bukankah ada sebuah hadist yang mengatakan “Tidaklah sempurna agama jika tidak ada dunia” karena dunia itu ladang dan diakhiratlah kita memanen. Maka didunia ini lah kita melengkapi semua yang kita butuhkan diakhirat tentunya dengan ibadah dan ilmu.
Dan yang paling menggeitik adalah, sebuah pertanyaan “Buat apa sekolah tinggi-tinggi jika akhirnya akan menjadi ibu rumah tangga?”
Jawabnya adalah karena kita perempuan, yang nantinya akan menjadi seorang ibu, seseorang yang menjadi sekolah pertama bagi anak-anaknya. Bukankah hak bagi anak-anak kita untuk mendapatkan sekolah pertama yang layak? sekolah pertama yang akan menjadi pondasi awal dari pemikiran pertumbuhannya.
            So, merasa berdosakah diri ini jika kita tidak mencari ilmu setiap harinya?

Tentang Teman, Teman dan Teman



Mungkin dulu pasti kita pernah mendengar nasihat dari orang-orang disekitar kita, “Jangan pernah memilih-milih teman, siapapun orangnya harus kita anggap teman” dan lain sebagainya. Jelas ini adalah paham yang berbeda. Karena dalam paham tersebut mau tidak mau pasti ditemukan banyak prasyarat pada kenyataannya. Teman dalam paham ini mungkin hanya sekedar panggilan lain terhadap kenalan bukan teman yang sesungguhnya.

Perbanyaklah mengenal orang dari berbagai bangsa, perbanyaklah mengenal orang dari berbagai tempat, perbanyaklah mengenal orang dari berbagai agama, dan dari segala penjuru dunia. Karena dengan begitu kita akan banyak sekali mengenal karakter orang-orang disekitar kita. Karena dengan itu kita bisa belajar.
Tapi pilihlah dari orang-orang yang kita kenal tersebut untuk menjadi teman kita. Pilih.


Ternyata memilih teman bukan perkara yang main-main, karena memilih teman itu perintah agama.

“Sesungguhnya perumpamaan teman yang baik dan yang buruk itu seperti pembawa minyak wangi dan pandai besi. pembawa minyak wangi mungkin akan mencipratkan minyak wanginya atau engkau membelinya atau engkau akan mencium harumnya. Sementara pandai besi mungkin akan membakar bajumu, atau engkau akan mencium bau yang tidak sedap”. (Bukhari dan Muslim)

“Seseorang itu akan mengikuti agama temannya, karena hendaklah salah seorang diantara kalian mencermati kepada siapa kalian berteman.” (Tirmidzi, Ahmad dan Abu Daud)

Mungkin setelah kita membaca hadist diatas, kita akan berfikir dan bertanya. Kalau begitu para pendakwah akan menjadi golongan VIP yang akan berkumpul dengan pendakwah lainnya? Percuma gak sih kalau kita dakwah pada orang yang sudah tahu? Lalu siapa yang akan mengembalikan mereka pada jalan yang benar?
Pertama, dakwah itu bukan hanya memberi atau bertukar ilmu dengan seseorang yang belum tahu, tapi mengingatkan orang-orang yang sudah tahu ilmunya tapi masih belum mengamalkannya. Sukur-sukur dari situ kita juga diingatkan untuk amalan yang lain. Kedua, Tugas dan tanggung jawab kita bukan untuk mengembalikan seseorang untuk menjadi benar, tapi memberitahu akan kebenaran. Perkara menerima tidaknya ia, kembalikan pada individunya tersebut. Jangan lupa mendoakan, karena Allah lah yang maha membolak balikan hati.

Teringat dengan sebuah nasihat lukman untuk anaknya, “Berkumpulah dengan orang-orang shalih yang berilmu. Jika kamu berilmu maka kamu akan bertukar ilmu dan semakin banyaklah ilmumu. Dan ketika kamu tidak berilmu maka kamu akan mendapatkan ilmu-ilmu yang sebelumnya kamu dapatkan”.

Jadi, pilihlah teman yang baik, yang bisa sama-sama membawa kepada kebaikan, yang mau saling menasehati, yang jauh dari hal-hal kerusakan ataupun hal-hal yang sia-sia. Sekali lagi silakan mengelilingi dunia ini, bergaul dengan begitu banyak orang, belajar dari banyak tempat, mengenal dari banyak orang. Tapi pilihlah dari orang-orang tersebut yang akan menjadi teman kita.

Siapa yang Salah ketika Pesawat Jatuh di Perairan Bali?

 “Gak heran kenapa pesawatnya jatuh, maskapai itu kan gak save”, “Pilotnya juga kurang pengalaman tidak seperti pilot di maskapai yang mahal itu”, “Pantesan aja murah, nyawa pun dianggap murah”, “Jangankan begitu, barang barang saja banyak yang hilang”, dan masih banyak lagi selentingan yang tidak enak terkait dengan jatuhnya pesawat dari sebuah maskapai di perairan bali pada tanggal 13 april lalu. Ini  adalah musibah yang dapat terjadi walau kita dalam satu maskapai mahal sekalipun.

Sebagai orang awam tentunya saya tidak tahu pasti tentang keselamatan penerbangan, dan syarat syarat penerbangan lainnya. Herannya terkadang berani memberikan komentar tentang hal dimana kita bukan ahli dibidangnya, bahkan sekali duakali teresan menjelek-jelekan. Sebenarnya tak perlulah jauh-jauh kita untuk membahas tentang standar keselamatan penerbangan, atau standar kemampuan pilot, tapi sudahkah kita peduli dengan keselamatan sendiri dan orang lain. Hal ini lah yang perlu digaris bawahi.


Telah banyak kejadian sebelum ini, dikarenakan kelalaian penumpang, tapi lagi-lagi maskapai yang disalahkan. Sebelum menyalahkan orang lain sebaiknya kita introspeksi diri dahulu. Jangan-jangan ini terjadi karena kelalaian kita sebagai penumpang yang masih belum peduli dengan keselamatan diri dan orang lain.

Ternyata menurut sumber informasi yang didapat dari ASRS (Aviation Safety Reporting System) bahwa ponsel memiliki konstribusi yang besar terhadap keselamatan penerbangan. sudah banyak kasus kecelakaan pesawat  terbang yang terjadi diakibatkan oleh ponsel.

Contoh kasusnya diantara lain:
Pesawat Crossair dengan nomor penerbangan LX498 baru saja “take off” dari bandara zurich, Swiss,. Sebentar kemudian pesawat menukik jatuh. Sepuluh penumpangnya tewas. penyelidik menemukan bukti adanya gangguan sinyal ponsel terhadap sistem kemudi pesawat.

Sebuah pesawat Slovenia Air dalam penerbangan menuju Sarajevo melakukan pendaratan darurat karena sistem alarm di kokpit yang meraung-raung. Ternyata, sebuah ponsel didalam kopor di bagasi lupa dimatikan, dan menyebabkan gangguan terhadap sistem navigasi.

Boeing 747 Qantas tiba-tiba miring ke satu sisi dan mendak lagi setinggi 700 kaki justru ketika sedang “final approach” untuk “landing” di bandara Heathrow, London. Penyebabnya adalah karena tiga penumpangnya belum mematikan komputer, CD player, dan electroniic game masing-masing (the Australian, 23-9-1998)

Seperti yang kita tahu di Indonesia,  begitu roda-roda pesawat menjejak landasan, langsung saja terdengar bunyi beberapa ponsel yang baru diaktifkan. Seolah “para pelanggar hukum” itu tidak mengerti bahwa perbuatan mereka dapat mencelakai penumpang yang lain, disamping merupakan  gangguan (nuisance) terhadap orang lain.

Berikut merupakan gangguan gangguan yang terjadi di pesawat:
Arah terbang melenceng, Indikator HSI (Horizontal Situation Indicator)terganggu, Gangguan penyebab VOR (VHF Omnidirectional Receiver) tak terdengar, gangguan sistem navigasi, gangguan frekuensi komunikasi, Gangguan indikator bahan bakar, Gangguan sistem kemudi otomatis, semua gangguan tersebut diakibatkan oleh ponsel. Sedangkan gangguan lainnya seperti gangguan arah kompas komputer diakibatkan oleh CD dan Game. Gangguan indikator CDI (Course Deviation Indicator) diakibatkan oleh gameboy. (sumber:ASRS)

Dengan melihat daftar gangguan diatas, kita bisa melihat bahwa bukan saja ketika pesawat sedang terbang, tetapi ketika pesawat sedang bergerak dilandasan pun terjadi gangguan yang cukup besar akibat penggunaan gadget.
Semoga dengan ini kita bisa lebih paham, bahwa kecelakaan pesawat bukan hanya terjadi karena kelalaian maskapai. Tapi juga karena adanya pelanggaran hukum sekn etika oleh penumpang pesawat.

Pustaka : Erva kurniawan, Direktorat pesisir dan lautan.