“Gak heran kenapa pesawatnya jatuh, maskapai
itu kan gak save”, “Pilotnya juga kurang pengalaman tidak seperti pilot di
maskapai yang mahal itu”, “Pantesan aja murah, nyawa pun dianggap murah”,
“Jangankan begitu, barang barang saja banyak yang hilang”, dan masih banyak
lagi selentingan yang tidak enak terkait dengan jatuhnya pesawat dari sebuah
maskapai di perairan bali pada tanggal 13 april lalu. Ini adalah musibah yang dapat terjadi walau kita
dalam satu maskapai mahal sekalipun.
Sebagai
orang awam tentunya saya tidak tahu pasti tentang keselamatan penerbangan, dan
syarat syarat penerbangan lainnya. Herannya terkadang berani memberikan
komentar tentang hal dimana kita bukan ahli dibidangnya, bahkan sekali duakali
teresan menjelek-jelekan. Sebenarnya tak perlulah jauh-jauh kita untuk membahas
tentang standar keselamatan penerbangan, atau standar kemampuan pilot, tapi
sudahkah kita peduli dengan keselamatan sendiri dan orang lain. Hal ini lah
yang perlu digaris bawahi.
Telah
banyak kejadian sebelum ini, dikarenakan kelalaian penumpang, tapi lagi-lagi
maskapai yang disalahkan. Sebelum menyalahkan orang lain sebaiknya kita
introspeksi diri dahulu. Jangan-jangan ini terjadi karena kelalaian kita
sebagai penumpang yang masih belum peduli dengan keselamatan diri dan orang
lain.
Ternyata
menurut sumber informasi yang didapat dari ASRS (Aviation Safety Reporting
System) bahwa ponsel memiliki konstribusi yang besar terhadap keselamatan
penerbangan. sudah banyak kasus kecelakaan pesawat terbang yang terjadi diakibatkan oleh ponsel.
Contoh
kasusnya diantara lain:
Pesawat
Crossair dengan nomor penerbangan LX498 baru saja “take off” dari bandara
zurich, Swiss,. Sebentar kemudian pesawat menukik jatuh. Sepuluh penumpangnya
tewas. penyelidik menemukan bukti adanya gangguan sinyal ponsel terhadap sistem
kemudi pesawat.
Sebuah
pesawat Slovenia Air dalam penerbangan menuju Sarajevo melakukan pendaratan
darurat karena sistem alarm di kokpit yang meraung-raung. Ternyata, sebuah
ponsel didalam kopor di bagasi lupa dimatikan, dan menyebabkan gangguan
terhadap sistem navigasi.
Boeing
747 Qantas tiba-tiba miring ke satu sisi dan mendak lagi setinggi 700 kaki
justru ketika sedang “final approach” untuk “landing” di bandara Heathrow,
London. Penyebabnya adalah karena tiga penumpangnya belum mematikan komputer,
CD player, dan electroniic game masing-masing (the Australian, 23-9-1998)
Seperti
yang kita tahu di Indonesia, begitu
roda-roda pesawat menjejak landasan, langsung saja terdengar bunyi beberapa
ponsel yang baru diaktifkan. Seolah “para pelanggar hukum” itu tidak mengerti
bahwa perbuatan mereka dapat mencelakai penumpang yang lain, disamping
merupakan gangguan (nuisance) terhadap
orang lain.
Berikut
merupakan gangguan gangguan yang terjadi di pesawat:
Arah
terbang melenceng, Indikator HSI (Horizontal Situation Indicator)terganggu,
Gangguan penyebab VOR (VHF Omnidirectional Receiver) tak terdengar, gangguan
sistem navigasi, gangguan frekuensi komunikasi, Gangguan indikator bahan bakar,
Gangguan sistem kemudi otomatis, semua gangguan tersebut diakibatkan oleh
ponsel. Sedangkan gangguan lainnya seperti gangguan arah kompas komputer
diakibatkan oleh CD dan Game. Gangguan indikator CDI (Course Deviation
Indicator) diakibatkan oleh gameboy. (sumber:ASRS)
Dengan
melihat daftar gangguan diatas, kita bisa melihat bahwa bukan saja ketika
pesawat sedang terbang, tetapi ketika pesawat sedang bergerak dilandasan pun
terjadi gangguan yang cukup besar akibat penggunaan gadget.
Semoga
dengan ini kita bisa lebih paham, bahwa kecelakaan pesawat bukan hanya terjadi
karena kelalaian maskapai. Tapi juga karena adanya pelanggaran hukum sekn etika
oleh penumpang pesawat.
Pustaka
: Erva kurniawan, Direktorat pesisir dan lautan.
0 Coment:
Posting Komentar