Kamis, 18 April 2013

Siapa yang Salah ketika Pesawat Jatuh di Perairan Bali?

 “Gak heran kenapa pesawatnya jatuh, maskapai itu kan gak save”, “Pilotnya juga kurang pengalaman tidak seperti pilot di maskapai yang mahal itu”, “Pantesan aja murah, nyawa pun dianggap murah”, “Jangankan begitu, barang barang saja banyak yang hilang”, dan masih banyak lagi selentingan yang tidak enak terkait dengan jatuhnya pesawat dari sebuah maskapai di perairan bali pada tanggal 13 april lalu. Ini  adalah musibah yang dapat terjadi walau kita dalam satu maskapai mahal sekalipun.

Sebagai orang awam tentunya saya tidak tahu pasti tentang keselamatan penerbangan, dan syarat syarat penerbangan lainnya. Herannya terkadang berani memberikan komentar tentang hal dimana kita bukan ahli dibidangnya, bahkan sekali duakali teresan menjelek-jelekan. Sebenarnya tak perlulah jauh-jauh kita untuk membahas tentang standar keselamatan penerbangan, atau standar kemampuan pilot, tapi sudahkah kita peduli dengan keselamatan sendiri dan orang lain. Hal ini lah yang perlu digaris bawahi.


Telah banyak kejadian sebelum ini, dikarenakan kelalaian penumpang, tapi lagi-lagi maskapai yang disalahkan. Sebelum menyalahkan orang lain sebaiknya kita introspeksi diri dahulu. Jangan-jangan ini terjadi karena kelalaian kita sebagai penumpang yang masih belum peduli dengan keselamatan diri dan orang lain.

Ternyata menurut sumber informasi yang didapat dari ASRS (Aviation Safety Reporting System) bahwa ponsel memiliki konstribusi yang besar terhadap keselamatan penerbangan. sudah banyak kasus kecelakaan pesawat  terbang yang terjadi diakibatkan oleh ponsel.

Contoh kasusnya diantara lain:
Pesawat Crossair dengan nomor penerbangan LX498 baru saja “take off” dari bandara zurich, Swiss,. Sebentar kemudian pesawat menukik jatuh. Sepuluh penumpangnya tewas. penyelidik menemukan bukti adanya gangguan sinyal ponsel terhadap sistem kemudi pesawat.

Sebuah pesawat Slovenia Air dalam penerbangan menuju Sarajevo melakukan pendaratan darurat karena sistem alarm di kokpit yang meraung-raung. Ternyata, sebuah ponsel didalam kopor di bagasi lupa dimatikan, dan menyebabkan gangguan terhadap sistem navigasi.

Boeing 747 Qantas tiba-tiba miring ke satu sisi dan mendak lagi setinggi 700 kaki justru ketika sedang “final approach” untuk “landing” di bandara Heathrow, London. Penyebabnya adalah karena tiga penumpangnya belum mematikan komputer, CD player, dan electroniic game masing-masing (the Australian, 23-9-1998)

Seperti yang kita tahu di Indonesia,  begitu roda-roda pesawat menjejak landasan, langsung saja terdengar bunyi beberapa ponsel yang baru diaktifkan. Seolah “para pelanggar hukum” itu tidak mengerti bahwa perbuatan mereka dapat mencelakai penumpang yang lain, disamping merupakan  gangguan (nuisance) terhadap orang lain.

Berikut merupakan gangguan gangguan yang terjadi di pesawat:
Arah terbang melenceng, Indikator HSI (Horizontal Situation Indicator)terganggu, Gangguan penyebab VOR (VHF Omnidirectional Receiver) tak terdengar, gangguan sistem navigasi, gangguan frekuensi komunikasi, Gangguan indikator bahan bakar, Gangguan sistem kemudi otomatis, semua gangguan tersebut diakibatkan oleh ponsel. Sedangkan gangguan lainnya seperti gangguan arah kompas komputer diakibatkan oleh CD dan Game. Gangguan indikator CDI (Course Deviation Indicator) diakibatkan oleh gameboy. (sumber:ASRS)

Dengan melihat daftar gangguan diatas, kita bisa melihat bahwa bukan saja ketika pesawat sedang terbang, tetapi ketika pesawat sedang bergerak dilandasan pun terjadi gangguan yang cukup besar akibat penggunaan gadget.
Semoga dengan ini kita bisa lebih paham, bahwa kecelakaan pesawat bukan hanya terjadi karena kelalaian maskapai. Tapi juga karena adanya pelanggaran hukum sekn etika oleh penumpang pesawat.

Pustaka : Erva kurniawan, Direktorat pesisir dan lautan.

0 Coment:

Posting Komentar