Minggu, 13 Februari 2011

Dan Kesalahanpun Menjadi Manfaat

"Dan terhadap dua orang yang melakukan perbuatan keji di antara kamu, maka berilah hukuman kepada keduanya, kemudian jika keduanya bertaubat dan memperbaiki diri, maka biarkanlah mereka. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang." (QS. An Nisa':16)

Memang manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Namun manusia yang terbaik bukanlah manusia yang tidak pernah melakukan dosa sama sekali, akan tetapi manusia yang terbaik adalah manusia yang ketika dia berbuat kesalahan dia langsung bertaubat kepada Alloh dengan sebenar-benar taubat. Bukan sekedar tobat sesaat yang diiringi niat hati untuk mengulang dosa kembali.

Dan tahukah bahwa sepatutnyalah jalan yang ditunjukkan Allah bagi kita untuk memperbaiki diri dan bertaubat dipelihara dan dijaga. Bagaimana caranya? Yaitu dengan menatap masa depan dengan tekad untuk tidak akan pernah lagi mengulangi kesalahan di masa lalu dan sekaligus juga terus-menerus berusaha mendekatkan diri pada Allah dengan mencoba untuk terus menerus agar dapat masuk ke dalam golongan orang-orang yang senantiasa pandai bersyukur dan bersabar, serta senantiasa mengerjakan kebajikan (amal shalih), melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangan Allah. Itulah taubat yang sesungguhnya.

Dan, orang-orang yang tidak menyembah sesembahan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina. Barangsiapa yang melakukan demikian itu, nicaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), yakni akan dilipatgandakan adzab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam adzab itu, dalam keadaan terhina, kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal shalih, maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan, Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al Furqan: 68-70)

Sungguh janganlah kita sebagai hambaNya mempunyai pola pikir bahwa kita tidak pantas lagi mendapatkan rahmatNya, dan segala bentuk nikmatNya. Karena sebuah pola pikir bahwa diri kita telah dikungkung dosa dan sebuah sikap putus asa akan mendapatkan ampunan dan tuntunan Allah adalah salah satu sebab yang akan menjadi penghambat taubat bagi sebagian orang (yaitu menjadi hambatan bagi seseorang untuk melakukan taubat). Karena semua hal ini akan membuat orang tersebut kelak suatu hari nanti akan kembali mengikuti jalan syaithan dan meniti jalan yang kelam lagi. Naudzubillahminzaliik. Semoga Allah menjauhi kita dari perbuatan tersebut.

Sesungguhnya, ampunan Allah lebih luas daripada dosa-dosa kita, seberapa pun banyaknya. Sesungguhnya sesaat pun rahmat Allah tidak pernah menjadi sempit karena kesalahan-kesalahan umat-Nya, seberapa pun besarnya. Allah berfirman pada Rasul-Nya,

Katakanlah, Hai hamba-hamba-KU yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Az Zumar: 53)

dan tahukah bahwa Taubat, sadar akan kesalahan masa lalu, adalah nikmat yang paling besar yang Allah berikan pada kita, nikmat islam dan iman.
Nikmat Dibukanya Pintu Taubat

Apabila Alloh menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, maka Alloh bukakan pintu taubat baginya. Sehingga ia benar-benar menyesali kesalahannya, merasa hina dan rendah serta sangat membutuhkan ampunan Alloh.
Dan keburukan yang pernah ia lakukan itu merupakan sebab dari rahmat Alloh baginya. Sampai-sampai setan akan berkata, “Duhai, seandainya aku dahulu membiarkannya. Andai dulu aku tidak menjerumuskannya kedalam dosa sampai ia bertaubat dan mendapatkan rahmat Alloh.”

Diriwayatkan bahwa seorang salaf berkata, “Sesungguhnya seorang hamba bisa jadi berbuat suatu dosa, tetapi dosa tersebut menyebabkannya masuk surga.” Orang-orang bertanya, “Bagaimana hal itu bisa terjadi?” Dia menjawab, “Dia berbuat suatu dosa, lalu dosa itu senantiasa terpampang di hadapannya. Dia khawatir, takut, menangis, menyesal dan merasa malu kepada Robbnya, menundukkan kepala di hadapan-Nya dengan hati yang khusyu’. Maka dosa tersebut menjadi sebab kebahagiaan dan keberuntungan orang itu, sehingga dosa tersebut lebih bermanfaat baginya daripada ketaatan yang banyak.”

Mari mulailah menapaki jalan yang akan menyejukkan.

0 Coment:

Posting Komentar