Minggu, 11 November 2012

Muhasabah... untuk engkau yang didepan sana


Malam ini, sepulang saya dari tabligh akbar dengan tema Muhammad al-fatih, saya merasa begitu iri. Rasa iri saya kepada tokoh-tokoh besar islam semakin menjadi. Bayangkan, rata-rata, beliau-beliau telah hafal al-quran dari kecil. Beliau-beliau telah diperdengarkan sejarah islam, perjuangan-perjuangan, kebesaran-kebesaran islam, semangat-semangat islam sejak dini, sejak dimulainya diperdengarkan dongeng sebelum tidur. Inilah yang menjadikan beliau-beliau selalu berusaha memantaskan diri untuk menjadi seseorang yang selalu berada di jalan Allah swt. Dan selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk agamanya, Islam.

Lalu lihatlah diri ini, berapa tahun kita hidup? apa yang sudah kita berikan untuk agama kita? untuk islam? atau pertanyakan dahulu diri ini, sudah maksimalkah kita untuk memantaskan diri menjadi pejuang-pejuang yang selalu berada di jalan Allah?
Dan detik ini seketika saya malu, saya merasa waktu telah terbuang sia-sia.
Berkah-kah waktu yang kita pergunakan selama ini? kemana saja kita selama ini? apa yang menyibukkan kita? hati ini masih tertunduk malu.


Malam ini, dengan adanya perasaan penyesalan dalam diri ini tentang waktu yang terbuang, tentang niat dan kesungguhan yang dipertanyakan, tentang keinginan mencari ilmu yang tak maksimal, dan tentang konstribusi kita pada islam yang ternyata bukan apa-apa. Inilah curahan hati dan harapan untuk mereka didepan sana yang akan lahir dari rahimku, yang mungkin akan ku-kecewakan.

Kepada anakku kelak,
Maafkan aku, karena aku bukanlah seseorang yang pandai mendidikmu, tapi mengertilah bahwa sesungguhnya aku ingin engkau selalu berada di jalan yang selalu Allah Ridhai.
Maafkanlah aku, karena aku bukanlah seseorang yang cerdas, tapi mengertilah bahwa aku ingin engkau memiliki pengetahuan yang luas, hingga engkau dapat mengajarkan nilai-nilai agamamu, pengetahuanmu pada cucuku kelak.
Maafkan aku, karena aku hanyalah seseorang dengan pengetahuan sejarah yang sedikit, tapi mengertilah, aku ingin memperdengarkan dirimu cerita-cerita perjuangan islam, cerita kebesaran-kebesaran islam, sejarah-sejarah islam, sehingga keyakinanmu, semangatmu di dan menuju jalan Allah telah berkobar sejak dini.
Maafkanlah aku, karena aku hanya seseorang yang tak pendai menghafal Al-Quran, tapi mengertilah bahwa aku ingin engkau dapat mengahafal Al-Quran dengan baik. Sehingga engkau tak akan pernah lupa apa-apa yang tertulis didalamnya, senantiasa takut setakut takutnya pada azab Allah, patuh sepatuh patuhnya ada perintah Allah.
Maafkanlah aku, karena aku hanya seseorang yang tak pandai memberikan contoh yang baik bagimu, tapi mengertilah aku ingin engkau menjadi seseorang yang tak pernah lupa mendirikan sunnah, hingga engaku selalu merasa dekat dengan Allah.
Maafkanlah aku, karena aku hanya perempuan yang biasa, tapi mengertilah aku ingin engkau selalu istiqomah di jalan Allah, selalu istiqamah untuk terus mendekatkan diri  pada Allah, selalu istiqamah untuk berjuang demi Agamamu, selalu istiqamah di jalan dakwah, mempunyai jiwa pemimpin yang memimpin dengan hatinya, berjiwa besar, penyabar, penyayang, bertanggung jawab, shalih/shalihah, hingga engkau dapat berkontribusi maksimal untuk agamamu.

Tak ada kata terlambat untuk belajar, tak ada kata menyerah untuk pejuang, tak ada kata tidak mungkin untuk engkau yang berkeyakinan.

0 Coment:

Posting Komentar