Aku menulis ini karena tergelitik
dengan obrolan temanku tadi malam. Mereka saling bertukar cerita tentang
cita-cita dan apa yang ingin mereka lakukan nanti setelah lulus. Apa yang
mereka lakukan nanti? Bagaimana mereka nanti? Dengan siapa mereka nanti? Apa
yang mereka siapkan dengannya nanti? dan masih banyak lagi.
Kebanyakan mereka ingin sekolah
magister lagi, mencari penghidupan yang layak, Menikah, lalu memiliki pembantu
yang banyak untuk mengurus rumah, serta baby sitter yang tugasnya menjaga
anak-anak saat mereka kerja, kalau bisa anak dan baby sitternya ikut saat
mereka mengejar karir, dan masih banyak cita-cita mereka yang begitu tinggi.
Layaknya mereka, akupun memiliki
cita-cita yang ingin aku raih. Mengikuti program magister di salah satu
perguruan tinggi ternama di Bandung. Bekerja di BNPP, atau di perusahan besar
untuk beberapa tahun, menjadi salah satu dosen di perguruan tinggi negeri atau
swasta ternama di Bandung, membuka lapangan pekerjaan sendiri, wirausaha,
dengan berniaga misalnya, karena Allah telah menjanjikan dengan berniaga Allah
akan membukakan sembilan pintu rizki.
Tapi cita-cita terbesarku adalah
menjadi isteri yang shalihah. Dimana Imamku kelak akan ridha terhadapku,
terhadap apa yang aku kerjakan. Aku ingin menjadi isteri yang berbakti,
mengabdi dengan seluruh hati, jiwa, dan hidupku padanya. Ingin menjadi penyejuk
disaat hati imamku gundah. Ingin menjadi pengingat disaat imamku lupa. Ingin
menjadi penyemangat dan motivator yang baik ketika semangatnya mulai turun.
Ingin menjadi pendengar dan sandaran yang kuat disaat imamku berkeluh kesah. Ingin
menjadi seseorang yang selalu membutuhkannya, yang selalu dididiknya,
diajarinya dan dimanjanya. Ingin menjadi sahabatnya yang selalu setia menemaninya
disaat semua orang didunia ini pergi meninggalkannya.
Ingin menjadi ibu yang Shalihah,
yang baik, yang kelak dapat mendidik anak-anakku menjadi anak yang shalih dan
shalihah, mendidik mereka menjadi anak yang berbakti, anak-anak yang selalu
memegang panji-panji islam dan selalu berada dijalanMu, di jalan dakwah.
Sehingga mereka kelak menjadi salah satu jalan bagi Imamku menuju surgaMu.
Hanya itu yang menjadi cita-cita
terbesarku. Aku tidak perlu bermewah-mewahan, aku hanya perlu cukup. Aku tidak
perlu banyak orang yang membantu di rumah, cukup semoga Allah menguatkan fisik
ini untuk aku sendiri yang menghandlenya. Aku tidak perlu baby sitter, cukup
semoga Allah melapangkan hati dan pengetahuan ini, untuk aku mejadi sekolah
pertama bagi anak-anakku. Aku tidak perlu karir yang melonjak naik, cukup
semoga Allah melapangkan rizkiku dan waktuku dari jalan manapun (entah aku
harus berkarir atau berwirausaha), sehingga aku dapat mengurus keluargaku
sendiri, mengurus rumah tanggaku sendiri.
“Cita-Cita terbesarmu sesimple itu
git?” tanya mereka keheranan. Ya, cita-cita terbesarku hanya sesimple itu.
0 Coment:
Posting Komentar