Minggu, 11 November 2012

Cita-Cita Terbesarmu Hanya Sesimple Itu?


Aku menulis ini karena tergelitik dengan obrolan temanku tadi malam. Mereka saling bertukar cerita tentang cita-cita dan apa yang ingin mereka lakukan nanti setelah lulus. Apa yang mereka lakukan nanti? Bagaimana mereka nanti? Dengan siapa mereka nanti? Apa yang mereka siapkan dengannya nanti? dan masih banyak lagi.

Kebanyakan mereka ingin sekolah magister lagi, mencari penghidupan yang layak, Menikah, lalu memiliki pembantu yang banyak untuk mengurus rumah, serta baby sitter yang tugasnya menjaga anak-anak saat mereka kerja, kalau bisa anak dan baby sitternya ikut saat mereka mengejar karir, dan masih banyak cita-cita mereka yang begitu tinggi.


Layaknya mereka, akupun memiliki cita-cita yang ingin aku raih. Mengikuti program magister di salah satu perguruan tinggi ternama di Bandung. Bekerja di BNPP, atau di perusahan besar untuk beberapa tahun, menjadi salah satu dosen di perguruan tinggi negeri atau swasta ternama di Bandung, membuka lapangan pekerjaan sendiri, wirausaha, dengan berniaga misalnya, karena Allah telah menjanjikan dengan berniaga Allah akan membukakan sembilan pintu rizki. 

 Tapi cita-cita terbesarku adalah menjadi isteri yang shalihah. Dimana Imamku kelak akan ridha terhadapku, terhadap apa yang aku kerjakan. Aku ingin menjadi isteri yang berbakti, mengabdi dengan seluruh hati, jiwa, dan hidupku padanya. Ingin menjadi penyejuk disaat hati imamku gundah. Ingin menjadi pengingat disaat imamku lupa. Ingin menjadi penyemangat dan motivator yang baik ketika semangatnya mulai turun. Ingin menjadi pendengar dan sandaran yang kuat disaat imamku berkeluh kesah. Ingin menjadi seseorang yang selalu membutuhkannya, yang selalu dididiknya, diajarinya dan dimanjanya. Ingin menjadi sahabatnya yang selalu setia menemaninya disaat semua orang didunia ini pergi meninggalkannya.
Ingin menjadi ibu yang Shalihah, yang baik, yang kelak dapat mendidik anak-anakku menjadi anak yang shalih dan shalihah, mendidik mereka menjadi anak yang berbakti, anak-anak yang selalu memegang panji-panji islam dan selalu berada dijalanMu, di jalan dakwah. Sehingga mereka kelak menjadi salah satu jalan bagi Imamku menuju surgaMu.

Hanya itu yang menjadi cita-cita terbesarku. Aku tidak perlu bermewah-mewahan, aku hanya perlu cukup. Aku tidak perlu banyak orang yang membantu di rumah, cukup semoga Allah menguatkan fisik ini untuk aku sendiri yang menghandlenya. Aku tidak perlu baby sitter, cukup semoga Allah melapangkan hati dan pengetahuan ini, untuk aku mejadi sekolah pertama bagi anak-anakku. Aku tidak perlu karir yang melonjak naik, cukup semoga Allah melapangkan rizkiku dan waktuku dari jalan manapun (entah aku harus berkarir atau berwirausaha), sehingga aku dapat mengurus keluargaku sendiri, mengurus rumah tanggaku sendiri.

“Cita-Cita terbesarmu sesimple itu git?” tanya mereka keheranan. Ya, cita-cita terbesarku hanya sesimple itu.

0 Coment:

Posting Komentar