Kamis, 10 September 2015

The Door is Still Closed

Pindah dari zona nyaman adalah pilihan. Aku kita kepindahanku ini akan mengantarkanku pada lingkungan yang dapat bersahabat denganku. Nyatanya tidak, zona nyaman yang dulu ada, hanya menjadi bayang-bayang dimana aku bertanya pada diriku. Apa yang salah denganku?

Dulu aku berada diatara orang - orang yang menurutku tidak open mind. Dulu aku memilih mundur dan hanya berinteraksi seperlunya. Aku ingin kondisi yang ideal. Dimana semua orang berteman dan bersosialisasi tanpa melihat suku dan agama. Tanpa harus ada yang merasa tersingkirkan ketika mereka dirasa berbeda. Padahal perbedaan itu yang bisa membuat kita kaya akan rasa, kaya akan ide, kaya akan pelajaran hidup yang dapat diambil. Namun, kenyataan berbeda, nyatanya perbedaan hanya menjadi alasan mengapa ada orang - orang yang tersingkir atau memilih menyingkir.


Hari ini, aku berdiri ditempat yang sunyi. Bukan karena tak ada satu orang pun, tapi karena aku berbeda. Aku berharap hijrahku menjanjikan lingkungan yang lebih baik. Namun aku salah. Lagi - lagi aku berada di tengah orang - orang yang tidak open mind. Atau aku yang tak bisa membawa diri untuk bergaul? Rasanya tidak. Aku memiliki banyak teman teman di luar ruangan ini. Tapi di ruangan ini aku merasa sendiri.

Aku tak lagi seperti dulu, aku tak lagi menyingkir. Aku berusaha keras untuk bisa berdiri diantara mereka. Tapi aku merasa gagal. Aku merasa sendiri tanpa tempat berlindung. Aku berusaha berinteraksi dengan normal, nyatanya sering kali tak dianggap. Apa yang salah? apa karna aku bodoh dan banyak bertanya? bukan kah kita sama sama dalam ketidak tahuan? atau karna aku tidak seberuntung kalian yang bisa membeli apa yang kalian mau? ah ya aku memang tak bisa mengikuti gaya hidup kalian. Aku tida bisa. Tapi aku disini, mengetuk pintu yang tak pernah terbuka untukku.

Namun, Pintu itu tetap tertutup.

0 Coment:

Posting Komentar