Senin, 07 September 2015

Ego is... Salah siapa?

Egois itu.. mementingkan dirinya sendiri. Semua yang ada di sekitarnya harus memuji dirinya tanpa terkecuali. Dia harus menjadi pusat perhatian dimanapun kapanpun dan bagaimanapun caranya. Atau kalian punya definisi sendiri? rasanya definisi itu tak akan jauh jauh dari yang saya kemukakan bukan?


Mungkin kita berasal dari latar belakang yang berbeda, pola pikir berbeda, bentukan lingkungan yang berbeda dan pola didik orang tua yang berbeda. Namun, seharusnya dengan bertambahnya umur bertambah pula kedewasaan kita. Termasuk tingkat emosional kita yang bisa mengendalikan perasaan kita, terutama egois. Umur tak lagi muda tapi terkadang sifat kekanak-kanakan baru saja muncul, atau egois sudah tak lagi pada tempatnya.

Ceritanya, aku dan teman - teman mengikuti diklat Prajabatan di salah satu instansi yang menyediakan layanan pusdiklat di Jakarta. Dengan demikian, kalian pun akan berfikir bahwa kami akan membawa nama baik instansi tempat kami bekerja, bukan lagi nama kami pribadi. Sekarang kami harusnya dapat bekerja sama dan menjaga nama baik instansi tempat kami bernaung, bukan lagi sendiri, bukan lagi tentang "aku", siapa yang terbaik atau siapa yang terburuk.

Ada seorang teman, sama-sama sudah dewasa, sama-sama sudah bukan anak kecil lagi. Ketika ia mendapatkan informasi, ia simpan rapat-rapat untuk dirinya sendiri. Ketika dia mempunyai bahan pelajaran yang disampaikan di kelas, dia hanya menyimpan untuk dirinya sendiri, sering berpura-pura belum selesai mengerjakan tugas, dengan harapan teman yang lainnya santai tidak mengerjakan. Dan ketika itu terjadi dia akan berteriak, "aku udah dong" sambil cari perhatian ke widyaiswara (dosen). Hellowww ade yang.. ehem cantik (boong dikit), ini bukan kampus, ini bukan sekolahan dimana kamu menunjukkan eksistensimu dengan cara yang kekanak-kanakan. Kita disini berdiri bersama-sama diinstansi dan membawa nama baiknya di pundak kita. Helloww ade yang cantik, kamu ingin menjadi terbaik namun ada yang terburuk di instansi yang sama, apakah kamu tidak malu? Tahu kah kamu, karna cerita tersebut, namamu sudah tak sebaik dulu lagi? kamu punya teman tetapi tidak akan mempunyai teman baik, teman akrab yang betah disisimu berpuluh puluh tahun.


Ini adalah contoh bahwa egois hanya akan mengantarkanmu bukan pada kesuksesan dan keakuan yang kita harapkan. Namun egois akan membawamu kepada titik nol, titik dimana kamu hanya akan menjadi manusia individu penjilat, bukan manusia sosial. Nilai-nilai pancasila yang ditanamkan sudah menjadi bias, bahkan hanya beberapa jam bahkan menit setelah keluar dari kelas diklat prajabatan. Ego hanya kebodohan yang kita sombongkan, ego hanya perasaan ketidakmampuan yang ingin diakui dunia, ego hanya perasaan kesepian yang ingin kita tutupi.

Sebenarnya sifat egois dibentuk sejak kita kecil lalu diasah disetiap jenjang pendidikan, semua tentang angka, semua tentang siapa terbaik, semua tentang kecerdasan yang hanya dilihat dalam selembar berisikan angka-angka. Lalu, apakah yang sudah kita lupakan? ya, agama, moral dan budi pekerti.

0 Coment:

Posting Komentar