Kamis, 02 Desember 2010

Antara Harapan, Ekspektasi dan Birokrasi

Siapa sih yang gak pernah merasakan kecewa, saya rasa semua manusia yang dengan kodratnya mempunyai perasaan pasti pernah merasakan kekecewaan. Kekecewaan bisa timbul dari masalah apa saja bukan? dari masalah birokrasi, kuliah, kerja, teman, atau apapun, yang dimana harapan kita terhadap mereka sangat besar, namun kenyataannya tidak sesuai dengan apa yang kita harapakan.

Kecewa adalah suatu sikap yang merupakan bagian manusia. Sikap kecewa akan timbul pada saat tujuan atau harapan yang kita inginkan tidak tercapai atau tidak sesuai dengan kenyataan.
Saya pernah mendengar tentang kalimat optimis tentang kekecewaan dan harapan, kalimat itu berbunyi, “Teruslah berharap dan jangan pernah lelah untuk kecewa”. Dan sebuah kalimat pesimis yang berlawanan dengan kalimat pertama, “Jangan  pernah berharap jika tidak ingin kecewa”. Dan kalimat manakah yang kamu setujui?.

“Pengharapan lebih sering kali di lakukan sebagai bentuk kepercayaan kita terhadap suatu lembaga ataupun individu yang dituju.”


Sebuah kalimat di atas mengingatkan saya dengan sepatah kata “birokrasi”. Sebuah kata yang sering kali menjadikan orang orang yang berhadapan dengannya harus merasakan kata kecewa.  Mungkin dapat di katakan untuk mengenal birokrasi seringkali di wajibkan untuk kecewa ataupun patah hati.

Mengapa harus kecewa dahulu baru kita dapat mengenal sebuah ungkapan birokrasi di lembaga tempat kita bernaung?
Mungkin ini hanya sebuah ungkapan kekecewaan pada sebuah lembaga tempat saya bernaung sekarang. Kejadian pagi ini dimana saya harus mengerjakan sebuah tulisan (read: tugas), dalam waktu beberapa jam, dimana ekspektasi saya setelah membaca tugas tersebut adalah tugas tersebut diberikan pada saat jam kuliah dan mengerjakannya selama kuliah berlangsung dan di kumpulkan pada saat kuliah berakhir. Dan ternyata tugas telah di berikan sehari sebelumnya yang dimana hanya beberapa orang yang sudah mendapatkan informasi tersebut. Informasi yang tidak menyebar tersebut sangat merugikan beberapa pihak.

Contoh lainnya ada disaat mahasiswa mengajukan surat permohonan apapun terlebih untuk surat permohonan ujian susulan (read: untuk keperluan individu mahasiswa). Hal ini menjadikan birokrasi sangat sulit, terlebih apabila ada kampus sedang mengadakanacara yang lebih di prioritaskan. Walhasil bisa saja surat izin atas permohonan tersebut dikeluarkan setelah berabad-abad kemudian (red:lebay) atau terlebih surat tersebut bisa saja tidak turun. Sebelumnya, dalam proses pengajuannya pun tidak mudah, kita harus siap siap menjadi ping pong apabila kita belum cukup info untuk mengajukan surat tersebut.

Ini lah salah satu contoh kecil birokrasi yang ada diindonesia, bagaimana birokrasi terhadap lembaga yang lebih besar ya??

Dan untuk mengurangi rasa kecewa (limit tidak merasakan kecewa), adalah dengan mengurangi pengharapan kita terhadap kepercayaan kita pada suatu lembaga ataupun individu, serta meningkatkan ekspektasi kita terhadap realitas.
Lalu bagaimana dengan anda??

1 komentar:

  1. intinya kamu milih kalimat kedua yah???? klo aku c milih kalimatku sendiri 'nikmatin aja'

    tentang birokrasi di 'sini': ketika kita tak termasuk dalam birokrasi tersebut maka bersiap2lah buat di 'dikerjai'

    BalasHapus