Rabu, 24 November 2010

Indonesian People is Friendly

Baru saja saya membaca sebuah artikel tentang fenomena sekelompok orang yang biasa naik kereta dengan cara yang berbahaya. dari mulai menaiki lokomotif , berpegangan dan berdesakan di pinggir-pinggir lokomotif, berdesak desakan di pintu gerbong kereta api, sampai dengan yang menaiki lantai dua kereta alias atap kereta. dan begitulah fenomena kesesakan hiruk pikuk kereta ekonomi.
Artikel yang saya baca tersebut, mengingatkan pada sebuah kejadian di statsiun lempuyangan, sebuah statsiun yang terletak di kota Jogjakarta, dan hanya melayani kereta ekonomi.

Pada saat itu saya mengantarkan  teman saya ke statsiun lempuyangan tersebut, ia akan naik kereta dengan jadwal keberangkatan pukul 21.00, namun kereta tersebut terlambat hingga pukul 24.00. saya dan temen saya sudah  tiba di statsiun tersebut sejak pukul 18.00.
beberapa calon penumpang tampak kesal dengan kebijakan loket yang baru akan di buka pada pukul 21.00, sepertinya beberapa kelompok penumpang tesebut bernasib sama dengan teman saya. Sambil menunggu loket penjualan tiket di buka, saya dan teman saya memilih duduk di dalam statsiun, sambil sesekali memperhatikan prilaku para calon penumpang.


Saat itu mata saya terpaku pada seorang calon penumpang berkewarganegaraan asing, ia subuk hilir mudik, sesekali bertanya kepada petugas. Selang beberapa menit kemudian, satu kereta ekonomi tiba, kereta tersebut menuju Jakarta, saya lupa nama kereta tersebut.
Sekali lagi calon penumpang berkewarganegaraan asing tersebut terlihat bingung, hilir mudik dari ujung lokomotif ke ekor kereta kemudian kembali lagi. Dengan terburu-buru mencari petugas, sepertinya ia belum memiliki tiket, lalu salah satu petugas di sana mengantarnya ke loket penjualan tiket.
Dengan waktu yang semakin melimit, ia di arahkan oleh petugas untuk segera menaiki kereta tersebut yang sepertinya akan segera melaju.

Dan untuk kesekian kalinya penumpang berkewarganegaan asing tersebut, hilir mudik dari ujung lokomotif sampai ke ekor kereta dan kembali lagi ke herbong pertama. Kali ini bukan karena ia tidak punya tiket atau permasalahan lainnya yang menyebabkan ia tidak bisa naik kereta tersebut, tetapi karena ada sekelompok orang yang berdiam di pintu gerbong kereta, beberapa pintu tersebut di tutup dan penumpang di dalamnya memberi isarat bahwa ia tidak dapat masuk. Beberapa lainnya tetap diam di tempatnya dan tidak memberikan ruang untuk warga asing tersebut masuk.

Sampai akhirnya kereta tersebut mulai melaju, dan penumpang berkewarganegaraan asing tersebut masih berada di statsiun. Dengan langkah gontai ia meninggalkan statsiun dan berucap untuk dirinya sendiri, "i think indonesian is kind friendly, is really are?? i dont think so..".
saya dan temanku langsung terhenyak kaget, dan sedikit memikirkan apa yang baru saja ia katakan.

Sebuah kalimat yang membuat saya dan teman saya berfikir sendiri, apa yang ia katakan saat kesal memang tidak salah, bukan? tapi saya yang mendengar ia mengucapkan itu? ah ya.. saya juga warga negara indonesia.

so, apa yang kamu pikirkan?
masih ingat pelajaran kewarganegaraan yang dahulu bernama PPKN, pendidikan paancasila dan kewarganegaraan. Satu pelajaran yang mengajarkan bahwa orang indonesia adalah orang yang ramah, berkebudayaan baik dengan orang orang yang wellcome pada siapapun.
apakah ini adalah fenomena pergeseran kebudayaan indonesia? atau justru pelajaran kewarganegaraan yang kita dapatkan hanya sekedar tulisan yang kenyataannya tidak seperti yang di tuliskan??
dan menurutmu??

2 komentar:

  1. wow..i think its amazing...i really2 like this pos...yeah..indonesia can friendly if we have money..maybe...

    BalasHapus
  2. may be.. coz money is everything in indonesia..
    cuma uang yang bisa berbicara, dan menjadikan semuanya luluh.. :(

    BalasHapus