Jumat, 05 November 2010

Ketika Dihadapkan dengan Persimpangan

Pertemuan dua buah jalan atau lebih, dimana lalu lintas akan lebih terlihat crowdit. Ini adalah sebuah kalimat yang dapat mengartikan kata persimpangan sebuah jalan yang sering kita temui di jalan raya.
Bagaimana dengan arti persimpangan bila telah diikuti oleh kata yang lain, misalnya persimpangan hidup. Apa makna kata tersebut?
Ah mudah saja bukan? dari pernyataan di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa persimpangan dalam hidup adalah ketika kita menemukan pertemuan dua atau lebih pilihan dalam hidup, dan biasanya keadaan dan pikiran akan crowdit disana.
"Persimpangan adalah sebuah realita yang harus dihadapi bukan di hindari, dan hanya dirimu yang bisa membawamu keluar dari persimpangan tersebut".

Pertanyaannya, sebenarnya apa yang membawa persimpangan itu ada di hadapanmu saat ini?
Dunia terus berubah dengan berbagai kisahnya, dengan segala skalanya, pun demikian dengan kehidupan manusia. Seperti digambarkan William Shakespeare dalam puisinya “The seven ages of man” yang mendeskripsikan beberapa perjalanan transisi kehidupan manusia.

Perubahan pasti terjadi, entah karena transisi psikologis individu tersebut ataupun karena lingkungannya yang berubah, dan membuat si individu harus melakukan beberapa penyesuaian diri dengan lingkungannya.
Ada penyesuaian peran dan aktifitas yang senantiasa mengiringi perubahan, penyesuaian yang kerap kali menimbulkan rasa tidak nyaman, membuka kerinduan akan masa sebelumnya bahkan kekhawatiran berlebih hingga timbul keinginan untuk ‘melarikan diri’. Padahal keberhasilan perubahan banyak tergantung apakah yang terkena perubahan atau individu tersebut melakukan sesuatu dengan cara yang berbeda atau tidak. Apakah ia bisa melewatinya dengan cara yang ia pilih.

Sebenarnya yang mengganggu bukanlah perubahan, tetapi transisi. Ya, dalam setiap perubahan selalu ada transisi yang kerap kali menimbulkan gangguan dan jika tidak dikelola dapat berpotensi menjadi masalah. Perubahan sifatnya situasional, dari suatu kondisi ke kondisi lainnya, sedangkan transisi lebih bersifat psikologis. Proses keluarnya seseorang dari dunia lama dan masuk ke dunia baru kerap kali bersifat emosional. Padahal perubahan harus dilakukan agar tidak stagnan bahkan tertinggal, sehingga transisipun otomatis harus dijalani. Ada tiga fase transisi yang harus diperhatikan dan dikawal sehingga transisi dapat berjalan baik dan perubahan positif dapat dihasilkan, yaitu :
  1. Menanggalkan cara dan identitas lama. Fase pertama transisi ini adalah sebuah pengakhiran dan saat dimana yang perlu ditangani adalah perasaan kehilangan.
  2. Melewati satu periode antara ketika yang lama telah pergi tetapi yang baru belum berfungsi secara penuh (zona netral). Inilah waktu ketika penyatuan kembali (realignment) dan pemolaan kembali (repatterning) psikologis terjadi.
  3. Keluar dari transisi dan membuat suatu permulaan baru. Ini adalah periode ketika identitas baru dikembangkan dan kesadaran akan tujuan (sense of purpose) baru ditemukan yang membuat perubahan mulai berjalan.

Kenyamanan sering kali hanya membawa pada stagnasi bahkan kemunduran. Tidak jarang bahkan membuahkan kehancuran ketika ada tantangan yang tidak siap ditangani. Perlu dibangun kesiapan untuk menghadapi perubahan, termasuk kesiapan dalam menghadapi resistensi terhadap perubahan. Tidak sedikit orang yang begitu membela status quo yang sebenarnya disadarinya tidak cukup baik karena kekhawatiran berlebihannya akan kehilangan sesuatu. Status quo yang sebelumnya telah di yakini oleh individu tersebut dapat mempertahankan dirinya dari 'kehilangan'.

Namun disamping itu sering kali si individu tersebut menginginkan keadaan yang jauh lebih baik dari keadaannya sekarang, tapi sulit untuk meninggalkan Zona aman yang ia tekuni sekarang. Atau terkadang mereka memilih untuk mundur dan meninggalkan perjuangan mereka hanya karena tidak sanggup untuk melewati masa transisi tersebut.
bukankah sesuai kata pepatah kuno. " tidak akan dapat melewati bermil mil jauhnya perjalanan jika kita takut melangkahkan kaki kita, karena perjalanan panjang tersebut dimulai dengan satu langkah".
atau sesuai dengan firman Allah " tidak akan berubah nasib suatu kaum, selama kaum itu tidak merubah nasibnya sendiri ".
Kesulitan mungkin sering hadir karena ketidakpastian akan masa depan yang ada di depan mata. Hal ini yang menyebabkan individu tersebut menjadi larut dengan masa lalunya, sehingga perbaikan tidak begitu dirasakan dan akhirnya memilih mundur, padahal lompatan besar telah ada di depan matanya.

Transisi adalah selingan yang dinamis antar tahapan. Realitanya perubahan bersifat simultan dan ketiga fase itu akan tumpang tindih. Setumpuk teori sepertinya tidak cukup untuk menjawab setiap permasalahan yang mungkin timbul selama menjalani transisi. Namun perubahan adalah kepastian dan transisi adalah keniscayaan. Alur natural segala sesuatu setelah lahir adalah tumbuh berkembang, kemudian matang dan akhirnya mati. Agar tidak mati, siklus harus dilakukan dengan melakukan perubahan. Melakukan perubahan dan pembaruan atau tertinggal. Jalan pembaruan harus dipilih dengan menemukan kembali impian yang lebih tinggi, mendapatkan kembali semangat yang lebih membara dan melakukan pekerjaan dengan tantangan yang lebih besar. Persimpangan adalah realita yang mesti dihadapi, bukan masalah melainkan kesempatan untuk dapat meningkatkan kualitas diri dan membuat lompatan yang lebih tinggi.

“Tidak ada yang tidak berubah kecuali perubahan itu sendiri” (Heraklitos)

terinpirasi dari berbagai sumber tentang persimpangan.

0 Coment:

Posting Komentar