Jumat, 12 November 2010

Something 2

Terjadi saat aku memikirkan tentangku..

Aku kembali ke tempat yang sama, kali ini bukan untuk menenangkan diri dengan melihat bayangan diri yang terefleksi di air. tapi aku ingin bertanya suatu pertanyaan pada seseorang pengagum air kemarin, tentang kecintaannya pada air. namun tampaknya hari ini ia tidak datang untuk mengagumi air seperti biasa. mataku berputar mencari sosoknya, namun tak kunjung datang.

akhirnya aku hanya memandang kosong bayanganku, memandang bentuk refleksiku di air danau yang tenang. jujur akupun mengagumi keunikan tentang dirimu air. aku sama sepertinya.

esok hari, aku akan datang kembali untuk hal yang sama.
saat ini, saat pagi menyapa, aku kembali ke danau. aku mendapatinya sedang tersenyum memandangi air di depannya, dengan jari-jarinya yang selalu menyentuh lembut permukaan air tersebut.

aku mendekatinya hati-hati, aku turunkan letak tubuhku untuk mensejajarkan dengan dirinya, aku duduk tepat disampingnya, tepat seperti kemarin.

“Aku mengaguminya, mungkin nyaman jika aku menyentuj permukaannya seperti ini. tapi aku tidak mungkin bisa di setiap waktuku harus datang dan meyentuhnya.” jawaban itu menjawab pertanyaanku mengapa kemarin ia tidak datang.

“Kamu tahu? air masih tetap meresponku dengan lembut walau aku taj datang. apa artinya air itu pemaaf?”. matanya tertuju padaku, seakan ia menunggu jawaban dariku.

“Apa bedanya dengan karang? ketka kamu tak datang iapun akan tetap merespon dengan caranya. dengan keras seperti yang kamu katakan kemarin.” entah dari mana pertanyaan itu berasal. aku melontarkannya begitu saja.

“Mungkin berbeda, ketika aku tak datang untuk karang. dan lama aku tak datang untuk melihatnya. mungkin terlihat tak ada perbedaan , namun setelah aku kembali menemuinya banyak yang berubah. ia terasa semakin kasar ketika ku sentuh, mungkin akibat dari kikisan air ombak. namun tidak dengan air bukan??” dia hanya tersenyum.

” tapi tahu kah kamu bahwa airpun dapat beriak, bergelombang, bukan hanya di permukaannya melainkan di dasarnya, jauh di bawah permukaannya.?” aku berusaha meyakinkannya.

“ya.. aku tahu ia beriaj, bergelombang, nukan hanya di permukaannya untuk merespon derajat sentuh kita, melainkan juga di bawah permukaannya. jauh di bawah permukaannya ia pun merespon derajat sentuh kita.” air mukanya seketika berubah. dan jari-jarinya menyentuh ragu air tersebut.

“Lalu bagaimana kamu menenangkannya?” aku memandangnya heran.
“aku tak akan susah payah menenagkannya. biarkan ia berfikir sewajarnya. tanpa usikan ia akan tenang dengan sendirinya.” ia tersenyum sendiri, sementara aku hanya terdiam mendengarkan jawabannya.

“Aneh, kamu tahu dia beriak, bergelombang bukan hanya dipermukaannya namun juga jauh di dalam permukaannya. tapi mengapa kamu tak beradaptasi kepadanya?” wajahku semakin terlihat heran.

dia hanya tersenyum padaku, lalu menyentuh permukaan air dengan lembut. bayangannya pudar seiring langkahnya menjauh.

0 Coment:

Posting Komentar